Selasa, 17 Januari 2012
Kamis, 10 November 2011
Tomat Dongkrak Nafsu Makan Anak

Nafsu makan anak yang rendah sering bikin orangtua resah. Gara-gara makanannya enggak enak? Mungkin saja. Mood makannya lagi kacau? Bisa jadi. Kalau ogah makan itu berlangsung lama, tentu bukan makanan atau mood-nya yang jadi problem. Untuk yang begini, intervensi lempuyang wangi, temulawak, temuhitam, atau jus tomat bisa jadi jalan keluar.
Dalam masa pertumbuhan, anak-anak butuh nutrisi sumber energi (semisal karbohidrat dan lemak) yang cukup agar lancar melakukan banyak aktivitas. Selain itu, mereka juga butuh vitamin, mineral dan serat, semuanya penting untuk menjaga kesehatan. Makanan yang disuguhkan ibu di rumah setidaknya mengandung satu unsur nutrisi serta sejumlah vitamin, mineral, dan serat. Gabungan unsur-unsur itulah yang sering disebut dengan gizi.
Sebenarnya, ada dua hal yang bisa menyebabkan anak tidak mau makan atau kehilangan nafsu makan. Pertama, secara fisiologis, yakni lantara anak menderita penyakit tertentu. Misalnya, seriawan, demam, anemia, dan sebagainya. Nafsu makan akan pulih setelah penyakitnya sembuh.
Penyebab kedua, lantaran persoalan psikis, biasa disebut anoreksia nervosa. Gejala ini muncul akibat kondisi psikis anak, seperti keadaan yang hendak berangkat remaja sehingga anak takut gemuk di tengah teman gaulnya yang rata-rata kerempeng, atau adanya gangguan emosional tertentu sehingga anak tergerak menjauhi makanan. Hilangnya nafsu makan dan keinginan untuk makan jenis ini sering diiringi berkurangnya berat badan. Jika memang masalah psikis yang memicu persoalan, hanya perbaikan kondisi psikis pula yang dapat membangkitkan kembali nafsu makan yang pergi entah ke mana.
Tanaman obat bisa digunakan sebagai obat penambah nafsu makan anak. Tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak nafsu makan, antara lain.
- Lempuyang wangi. Ambil rimpang lempuyang wangi kira-kira seukuran ¾ jari, cuci pakai air bersih. Parut dan beri air masak ¾ cangkir. Jangan lupa, tambahkan madu satu sendok makan. Hasil parutan itu diperas dan disaring, terus diminum 1x sehari.
- Temulawak. Ini diberikan terutama pada balita. Rimpang temulawak kira-kira berukuran ½ jari, dicuci bersih. Parut, dan beri air masak dua sendok makan, plus madu satu sendok makan. Setelah diparut, diperas dan disaring, kemudian diminum 1x sehari.
- Temuhitam. Potong rimpang temuhitam kira-kira seukuran ¾ jari. Agar rasanya lebih enak, campur dengan gula aren, cuci dengan air bersih, dan rebus sampai mendidih dengan tiga gelas makan (sampai airnya tinggal ¾ saja). Setelah dingin, disaring. Minumkan pada anak-anak 1x sehari.
- Daun pepaya. Ambil daun pepaya yang agak muda dan segar, cuci pakai air bersih. Tumbuk sampai halus, dan beri air masak sekitar ¾ cangkir. Tambahkan madu satu sendok makan, lalu peras dan saring. Minumkan 1x sehari.
- Daun sembung. Ambil daun sembung satu genggam. Cuci dan rebus dengan air sebanyak tiga gelas, sampai airnya tersisa ¾ saja. Tunggu sampai dingin, saring, campur dengan madu secukupnya. Minumkan 2x sehari.
- Pegagan. Untuk ramuan nafsu makan, pegagan biasanya dicampur dengan bahan-bahan lain. 20 g pegagan dicampur dengan 20 g temuhitam, ditambah ½ sendok teh adas, dan gula aren secukupnya, dicuci, direbus dengan 400 ml air hingga airnya tersisa 200 ml, lalu saring. Airnya siap diminum.Takaran ini untuk orang dewasa.
Memang, rasa tomat agak masam. Hal ini karena tomat kaya akan garam mineral, yang dengan segera menerbitkan nafsu makan, tak lama setelah menyantapnya. Mineral-mineral ini juga merangsang pengeluaran air liru, yang menambah rasa lapar dan memungkinkan makanan dicerna dengan lebih baik.
Dengan ramuan yang lebih bervariasi, anak pasti tak akan menyadari, nafsu makannya sedang dipacu. Perlu diingat, jika nafsu makan si anak sudah kembali normal, memberikan ramuan-ramuan tadi secara teratur, mulai dari seminggu sekali sampai sebulan sekali, tetap dianjurkan.
http://intisari-online.com/
Selasa, 10 Mei 2011
BEBAS MENGGAMBAR APA SAJA

Agar seorang anak berhasil, ia membutuhkan kemampuan terbaiknya untuk menghadapi tantangan hidup. Kemampuan itu berasal dari hasil interaksi fungsi belahan otak kanan dan kiri. Seorang peneliti sains Jerre Lery mengatakan, "Otak yang normal memang diciptakan untuk tantangan. Dia hanya akan bekerja optimal bila persyaratan pemrosesan pengertian itu cukup kompleks untuk menggerakkan kedua belahan otak."
Nah, aktivitas menggambar rupanya dapat mengembangkan kemampuan otak kiri dan terutama kanan. Dengan catatan, biarkan anak menggambar bebas sebebas imajinasinya.
TAHAPAN MENGGAMBAR
Pada rentang usia prasekolah (3-6 tahun), anak masuk dalam 2 tahapan tingkat menggambar, yaitu:
1. TAHAP CORENG MENCORENG

Tahap ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk menggambar yang sesungguhnya. Di akhir tahap ini anak mulai memberi nama pada corengannya, mulailah corengan tersebut bermakna sebagai ungkapan emosi anak.
Sering kali, kita melihat hasil karya anak di tahap ini seperti benang kusut yang acak dan tidak berarti. Padahal mungkin itu sangat berarti bagi si anak. Mungkin ada cerita yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu orang dewasa, baik orangtua dan lainnya, tidak dianjurkan mengkritik hasil corengan anak. Kritik yang berlebihan atau terus-menerus akan membuat gambar anak tidak komunikatif sehingga ia tak mau lagi melakukan kegiatan mencoreng.
2. TAHAP PRABAGAN
Dimulai dari usia 4 tahun dan berakhir pada usia 7 tahun. Di tahap ini motorik anak sudah lebih berkembang. Ia bisa mengendalikan tangan dan menuangkan imajinasinya dengan lebih baik. Di tahap ini anak menggambar dengan penekanan pada bagian yang aktif dan sering melupakan beberapa bagian. Contoh, jika anak menggambar orang, maka penekanan dilakukan pada bagian kepala, tangan dan kaki. Sering kali kita melihat anak pada tahapan ini menggambar orang sebagai satu keutuhan lingkaran dengan mata, tangan dan kaki yang juga menempel pada lingkaran tersebut.
Pada tahap ini anak lebih mengutamakan hubungan gambar dengan objek daripada hubungan warna dengan objek. Kerap kali kita temukan gambar dengan warna yang tidak sesuai aslinya. Umpama, langit warna merah, jalan warna kuning, dan sebagainya. Objek gambar pun masih dari objek-objek yang ada di sekitarnya, seperti orangtua, binatang peliharaannya, dan lainnya. Maka dari itu, orangtua perlu mengenalkan berbagai hal dan objek-objek yang dapat dieksplorasi oleh anak untuk dituangkan dalam bentuk gambar.
PENDIDIK & ANAK
* Faktor Pendidik
- Kritik orangtua maupun guru terhadap hasil karya anak dapat membuat hatinya terluka, merasa gagal, dan malu melakukan aktivitas menggambarnya kembali.
- Kurangnya dorongan dari pendidik untuk anak beraktivitas, mengeksplorasi alam sekitar dan menuangkan imajinasinya ke dalam gambar.
- Metode pengajaran yang diterapkan justru menghambat kreativitas anak. Salah satunya dengan cara selalu memberikan contoh gambar dan warna yang baku untuk diikuti oleh anak. Hal ini membuat anak tak bisa mengekspresikan apa yang dipikirkannya secara bebas. Padahal tentunya tiap anak memiliki cara berekspresi yang beda.
* Faktor Anak
- Kemampuan motorik kasar dan halus yang merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak sesuai usianya.
- Keinginan atau minat anak terhadap menggambar. Sebenarnya, setiap anak pasti bisa menggambar karena gambar merupakan bahasa rupa. Namun, jika anak tidak difasilitasi dan diberi ruang berekspresi, bisa saja dorongan untuk menggambar itu tidak terlihat.
UPAYA ORANGTUA
- Berikan dorongan kepada anak untuk menuangkan imajinasinya menjadi gambar.
- Dampingi anak saat ia melakukan aktivitas tersebut, sehingga anak merasa mendapat dukungan. Selama mendampingi anak hindari mencampuri cara berekpresinya dengan memberi instruksi ini atau itu.
- Biarkan anak menceritakan apa yang digambarnya. Jangan mengkritiknya.
- Berikan pujian dan motivasi kepada anak akan hasil karyanya.
- Jangan selalu memberikan buku mewarnai. Sebaiknya, berikan kertas kosong untuk anak menggambar sesuai dengan "sidik jarinya".
- Sediakan bahan dan alat yang diperlukan supaya anak dapat bereksplorasi secara luas. Jangan hanya dengan pensil warna saja, tapi sediakan juga bahan lain seperti krayon, cat air, cat akrilik, spidol, kapur, dan arang sekalipun.
- Biarkan anak menggambar sesuai dengan perkembangannya. Tak perlu dikoreksi.
Sumber : www.tabloid-nakita.com
Langganan:
Postingan (Atom)