Senin, 07 Februari 2011

Bayi Juga Punya Rasa Humor

bayi tertawa
Dari sejak lahir, seorang anak mulai mengembangkan rasa humor.  Karena itu, sering-seringlah mengasahnya dengan mengajak bayi Anda bermain.  Ingat, tertawa itu sehat bagi si kecil dan bagi Anda, tentunya!

Usia 0 – 6 Bulan
Pada umur 6 mingguan, bayi mulai menunjukkan tanda-tanda sense of humor lewat senyum kecilnya yang membuat hati Anda terasa hangat. 

Menginjak usia 3-4 bulan, tawanya mulai terdengar dan ia juga akan sering tertawa-tawa ketika sedang bermain sendirian. Ia akan terkekeh-kekeh melihat mimik wajah lucu Anda atau mendengar Anda mengeluarkan suara-suara lucu.  Mengayun-ayunkan si kecil di atas lutut Anda atau menggelitikinya, akan membuat anak Anda tertawa lepas. Anda juga akan mendengarnya tertawa kecil ketika Anda ciumi perutnya dengan lembut.

Usia 6 – 12 Bulan
Masuk usia 7 bulan, bayi Anda mulai mengembangkan rasa humor yang sesungguhnya.  Ia telah mulai memahami rutinitas dan membedakan mana hal-hal yang menurutnya ‘normal’, mana yang tidak.  Lelucon dengan gerakan-gerakan slapstick dimatanya terlihat sangat lucu.  Ia juga sangat senang menirukan reaksi Anda dan turut merasakan suasana riang yang ada di sekitarnya.  Contohnya, ia bisa ikut tertawa-tawa bila melihat Anda dan orang yang ada di sekelilingnya tertawa.  Salah satu permainan favoritnya adalah cilukba.  Dan ia juga mulai senang menggoda Anda, seperti pura-pura menyorongkan mainannya ke tangan Anda tapi lalu menariknya lagi, atau bolak-balik menjatuhkan botol/ gelasnya hanya untuk melihat reaksi Anda.  Sering-seringlah tertawa bersama si kecil, Anda akan surprise melihat pengaruhnya terhadap suasana hati Anda!

Usia 12 – 18 Bulan
Karena Ia sudah semakin lincah bergerak, bahkan mungkin telah lancar berjalan dan berlari-lari, Ia mulai ambil bagian dalam lelucon yang melibatkan gerakan fisik.  Ia bisa tertawa terkekeh-kekeh bila Anda pura-pura mengejarnya, lalu menggelitik perutnya begitu ia Anda tangkap.  Saat ini Ia yang akan aktif mengajak Anda bermain cilukba.  Ia juga sangat senang menirukan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Tinky-winky, Dipsy, Lala atau Po ketika menonton Teletubbies.  Anak-anak belajar dari menirukan apa yang ia lihat.  Jalan mondar-mandir dengan memakai sepatu Anda atau ayahnya, buat dia sangat menyenangkan.  Atau, suatu hari akan Anda tergeli-geli, sekaligus heran, melihat aksinya’menelepon’.  Tapi, menumpahkan isi piring makannya ke lantai jelas bukan hal yang lucu.

Usia 18 Bulan Ke Atas
Bersamaan dengan berkembangnya kemampuan si kecil berkomunikasi, Ia akan mulai memahami lelucon yang bersifat verbal.  Di usia ini Anda juga akan melihat bahwa hal-hal yang dimata batita Anda sangat lucu, sama sekali tidak membuat sepupunya (yang seusia dengannya) tersenyum.  Artinya, di usia ini seorang anak mulai memiliki rasa humor yang bersifat personal.  Manfaatkan sebanyak mungkin kesempatan untuk dapat tertawa bersama si kecil, karena itu juga akan membuat Anda merasa lebih bahagia.

Sumber:
ibudananak

Minggu, 06 Februari 2011

Blighted Ovum (BO): Pembuahan Tanpa Embrio

“Blighted ovum adalah suatu kehamilan tanpa dijumpai adanya pertumbuhan embrio,” ungkap Dr. Andon Hestiantoro, SpOG (K) dari Klinik Yasmin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

Saat dilakukan tes kehamilan, calon ibu dinyatakan positif hamil dan mereka juga merasakan gejala-gejala wanita hamil seperti umumnya. Seperti mual, pusing, cepat lelah, dan payudara yang mengeras.

“Pada kehamilan kosong, plasenta dan kantung kehamilan tetap berkembang secara normal, yang menjadi masalah hanyalah perkembangan janinnya,” tukas Dr. Andon. Tak heran bila dalam tes kehamilan urin, hasilnya tetap positif dan mengalami gejala kehamilan muda.

Menurutnya, kehamilan kosong terjadi karena sel telur yang dibuahi tidak berhasil berkembang secara sempurna. Meski kantung kehamilan terus membesar, namun perkembangan janinnya sama sekali tidak terjadi.

“Sehingga saat kehamilan berusia kurang lebih satu setengah bulan, saat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), hanya akan terlihat kantung kehamilan saja tanpa ada gambar janinnya,” terangnya.

Calon ibu hanya bisa diindikasikan apakah mengalami kehamilan kosong atau tidak, adalah saat ia melakukan pemeriksaan USG.

“Blighted ovum terjadi di kehamilan yang sangat dini, pada umumnya pasien datang ke dokter karena keluhan berupa bercak pendarahan di usia kehamilan kurang lebih 6-8 minggu,” tukasnya.

Tak heran bila penderita menyangka selama ini kehamilannya normal-normal saja, sebab kantung kehamilan terlihat jelas, dan tes kehamilan urin pun positif. Sehingga biasanya kehamilan kosong itu baru terdeteksi saat si ibu melakukan USG.

Sayangnya alat bantu USG melalui vagina, gambaran janin baru dapat terlihat di usia kehamilan 6 minggu dan dengan USG yang ditempelkan di perut, gambaran janin baru dapat terlihat pada usia kehamilan 7 minggu.

Dengan bantuan USG vagina, tambah Dr. Andon, gambaran janin atau kantung janin dapat terlihat, apakah ukurannya sudah mencapai 20 milimeter. Tapi bila belum terlihat, maka bisa jadi Anda mengalami kehamilan kosong.

“Jika janin belum terlihat sedangkan diameter kantung kehamilan masih belum mencapai 20 mm, maka sangat dianjurkan untuk melakukan USG ulang dalam 1-2 minggu kemudian,” sarannya.

Hingga saat ini, penyebab terjadinya kehamilan kosong masih belum diketahui. Tapi dari beberapa pengalaman klinis, Dr. Andon memperkirakan ada kaitannya dengan kelainan kromosom pada janin.

“Ini dapat terjadi akibat sel telur yang kurang baik, dibuahi oleh sperma normal atau sebaliknya, sperma yang kurang baik membuahi sel telur yang normal.”

Komplikasi juga kerap dialami oleh pasien dengan kehamilan kosong, yaitu pendarahan akibat kehamilannya tidak normal. “Perdarahan ini terjadi akibat tubuh berusaha mengeluarkan hasil konsepsi yang tidak normal,” jelasnya.

Perdarahan akan terhenti, bila seluruh hasil konsepsi berhasil dikeluarkan dari rahim. “Jika hasil konsepsi tidak dapat keluar sempurna, maka diperlukan bantuan kuretase oleh dokter,” ungkap Dr. Andon lagi.

Agar pendarahan tidak terjadi terus menerus, ada dua cara yang umumnya dilakukan untuk mengeluarkan kehamilan kosong. Yaitu dengan menggunakan obat atau melakukan kuretase. “Tapi kuretase memiliki kelebihan karena dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kromosom,” sarannya.

Meski begitu, blighted ovum tidak terkait dengan gangguan kesuburan, sebab bisa saja kehamilan selanjutnya bisa berjalan normal. Tapi bila kehamilan kosong kembali berulang, maka kemungkinan besar terdapat kelainan kromosom menetap pada salah satu dari suami-istri.

“Tapi yang perlu diingat, “blighted ovum” juga tidak terkait dengan kanker rahim,” jelas Dr. Andon. Ia pun mengatakan bahwa hingga kini masih belum ada cara untuk mencegah terjadinya kehamilan kosong ini.

Sumber:
~ infobunda
~ momsmiracle

Jumat, 04 Februari 2011

Berkebun, Mengasah Kecintaan Anak Pada Lingkungan


berkebunBingung karena si kecil selalu menolak makan sayur? Atau ingin mengajak anak-anak melakukan kegiatan out-door tanpa harus pergi jauh dari rumah?  Cobalah ajak mereka berkebun.  Walaupun rumah Anda tidak memiliki halaman yang luas, Anda tetap bisa mengajak anak-anak untuk berkebun dengan memanfaatkan pot.  Berkebun adalah sarana yang sangat baik untuk mengasah kepekaan dan kecintaan anak terhadap lingkungan hidup, karena ia akan mengamati secara langsung cara kerja alam.
 Ditanggung anak Anda akan excited dengan kegiatan ini !. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka ingin melakukan segalanya sendiri dan, yang pasti, mereka senang sekali ’diijinkan’ bermain tanah.

Bagi anak-anak yang sulit makan sayur, berkebun adalah cara yang baik untuk memperkenalkan darimana datangnya sayur.  Siapa tahu, setelah menanam, merawat dan memanen sendiri sayurannya, anak Anda akan senang hati menyantap sayur-mayur.  Anda juga harus ingat bahwa anak-anak seringkali tidak sabar.  Untuk itu, selama menunggu tanamannya tumbuh dan berkembang, Anda bisa tetap membuat mereka sibuk melalui percobaan kecil.  Letakkan biji kacang hijau di atas kapas basah yang disimpan dalam botol kaca.  Ajak anak-anak untuk mengamati pertumbuhannya selama 1 minggu, misalnya. 

Lalu, pada usia berapa anak dapat diajak untuk berkebun? Anak usia 1 tahun pun sudah dapat Anda ajak berkebun.  Tak perlu yang rumit-rumit..! Ajak si kecil membantu Anda menyiram bunga dengan menggunakan gembor kecil, atau ”Bantu Ibu, menggali tanah yuuk...”. Tak perlu risau, kalau ternyata si kecil lebih senang menyirami dirinya sendiri daripada si tanaman, atau tebaran tanah dimana-mana akibat si kecil kelewat antusias menggali tanah dengan sekop kecilnya.  Yang penting disini adalah membangkitkan rasa ketertarikan mereka terhadap tanaman dan kegiatan berkebun.


Anak-anak yang sudah lebih besar, usia di atas 3 tahun hingga 5 tahun, sudah bisa diajarkan untuk menanam sendiri.  Beri mereka kesempatan untuk memilih jenis tanaman yang ingin mereka tanam (sebaiknya beri alternatif jenis-jenis tanaman yang cepat tumbuh dan menghasilkan). Lalu buat jadwal (yang berbentuk kolom-kolom) di atas kertas tentang kapan mereka harus menyiram tanamannya, membersihkan gulma yang tumbuh di sekitarnya dan memupuknya.  Tentu saja mereka butuh bantuan Anda (orangtua) untuk mengingatkan jadwal tersebut.  Setiap kali anak selesai melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal, berikan anak stiker lucu-lucu untuk ditempelkan pada kolom tugas yang ada dalam jadwal.  Ketika tanaman sudah berbuah atau menghasilkan, biarkan mereka yang memanen sendiri.  Melalui berkebun, anak-anak belajar banyak hal.  Selain belajar untuk mencintai lingkungan, secara tidak langsung anak juga dilatih untuk bersabar, belajar bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai proses, bahwa untuk memperoleh sesuatu orang harus berusaha/bekerja.  Bahkan, mereka juga belajar untuk menerima kehilangan, ketika ternyata tanaman yang mereka tanam mati, misalnya.

Mengajak anak berkebun, artinya Anda harus siap melakukan waskat alias pengawasan melekat.  Awasi, jangan sampai si kecil memasukkan jari-jarinya yang kotor ke dalam mulut.  Berkebun melibatkan beberapa peralatan yang mungkin berbahaya, sehingga akan lebih baik jika Anda menyediakan peralatan berkebun yang khusus untuk anak-anak, mulai dari sekop kecil, garu kecil, gembor kecil, hingga sarung tangan berkebun untuk anak.  Bagi anak usia batita, sebaiknya gunakan perangkat berkebun anak yang terbuat dari plastik daripada yang terbuat dari logam.  Selain itu, orangtua juga perlu menyiapkan tips & tricks tersendiri untuk membujuk anak agar mau menggunakan sarung tangan berkebun.  Sebab, akan selalu ada kemungkinannya, anak (apalagi anak-anak usia batita) menolak keras atau malah rewel jika menggunakan sarung tangan.  Karena itu, dengan atau tanpa sarung tangan, pastikan mereka mencuci tangan dengan sabun hingga bersih, setelah selesai berkebun. 

Nah, selamat berkebun!!

Sumber: ibudananak

Selasa, 01 Februari 2011

Jangan Anggap Sepele Susah Tidur

Kesalahan pola tidur sejak bayi, akan berdampak buruk terhadap perkembangan otak anak. Tipe kepribadian anak berhubungan dengan masalah tidur.

Masalah susah tidur, memang lebih sering dikeluhkan oleh orang dewasa, kerap dianggap serius karena dapat mengganggu aktifitas produktifnya. Padahal masalah sulit tidur juga dialami anak-anak, bahkan bayi sekalipun, dan berdampak buruk pada pertumbuhan mereka.

Jika orang dewasa perlu tidur sekitar 6 - 8 jam per hari, maka pada bayi dibutuhkan 16 - 20 jam tidur. Sedangkan diperlukan sekitar 10 jam tidur pada anak-anak balita. Bila kurang dari itu, patut diwaspadai bahwa bayi atau anak tersebut mengalami masalah sulit tidur.

Sebuah lembaga penelitian kesehatan di AS melaporkan, sekitar 84 persen anak usia 1 hingga 4 tahun menderita gangguan tidur. Sementara di Indonesia, berdasarkan survei yang digelar, sekitar 51,3 persen dari 80 anak usia balita prasekolah terbukti mengalami gangguan tidur.

Menurut dr Martani Widjajanti SpA dari RSAB Harapan Kita, ada tiga jenis gangguan tidur. Pertama adalah disomnia, yakni berhubungan dengan masalah jumlah tidur, saat mulai tidur, dan mempertahankan lama tidur.” Ketiga, adalah gangguan tidur sekunder, yakni berhubungan dengan gangguan psikiatri (kejiwaan), depresi, stress, pasca trauma, abuse, rendah diri, ketakutan, gangguan neurologis atau masalah medis lainnya,”ungkap Martani.

Martani menambahkan, paling tidak 25 persen anak usia 1 - 8 tahun mengalami gangguan sulit tidur. Sedangkan pada anak-anak usia 8 - 9 tahun sekitar 10-20 persen mengalami sulit tidur.” Penelitian mengenai insomnia anak ini belum terlalu banyak dilakukan, namun angka kejadian insomnia pada anak usia sekolah dengan segala permasalahannya agaknya cukup banyak dijumpai,”katanya.

Ada indikasi kuat, bahwa interaksi sosial dan karakteristik temperamen individu anak memegang peranan penting dalam kualitas tidur. “Penelitian menunjukkan bahwa tipe kepribadian yang emosional tampaknya berhubungan dengan masalah tidur, tambah Martani.

Dr Attila Dewanti SpA dari Brawijaya Women and Children Hospital mengatakan gejala yang ditunjukkan oleh anak-anak yang mengalami sulit tidur adalah sulit bangun pada pagi hari, sering tidur larut, emosional, impulsive, rewel, dan mudah frustasi. “Gejala tersebut biasanya dialami anak dengan ADHD atau gangguan komunikasi dan interaksi, misalnya autisme,”katanya. Menurut Attila, kebanyakan anak yang menunjukkan gejala tersebut berusia lebih dari 2 tahun, karena pada usia tersebut gejala ADHD sudah lebih tampak.”Sebaiknya bila sudah ada keluhan, segera ke dokter,”Attila menambahkan.

Mengapa anak perlu tidur?
Bagaimanapun jangan menganggap sepele ketika anak anak menderita sulit tidur, karena insomnia yang terjadi pada anak akan menyebabkan efek buruk. Dr Keumala Pringgardini SpA dari Sam Marie Healthcare mengungkapkan, masalah kurang tidur pada anak dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasannya, kurang konsentrasi, daya ingat menjadi kurang konsentrasi, daya ingat menjadi lemah. Anak yang kurang tidur juga dapat mengalami gangguan fungsi kognitif, sehingga ia lebih agresif dan hiperaktif, menjadi pembangkang dan tidak kooperatif.” Anak-anak harus cukup tidur karena sebagian besar pertumbuhan otak dan fisik terjadi pada saat tidur,”jelasnya.

Ketika tidur itulah hormon-hormon pertumbuhan berproduksi dan bekerja.”Pada saat golden period, yakni 1 tahun pertama kelahiran, pertumbuhan otaknya tumbuh hingga 80 persen. Sedangkan saat berumur 4 tahun, pertumbuhan otaknya tumbuh mencapai maksimal,” ungkap Keumala. Oleh karena itu, anak-anak yang mengalami gangguan tidur, perkembangan otaknya tidak optimal sehingga intelektualitasnya cenderung rendah. Tidur juga mempunyai andil dalam meningkatkan daya tahan anak terhadap infeksi . Jika tidurnya terganggu, kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun.

Terkait dengan fase pertumbuhan anak, terdapat dua fase tidur. Pertama, Rapid Eye Movement (REM) atau lebih dikenal dengan tidur lelap. Biasanya bayi yang baru lahir mengalami fase ini. Kedua, adalah Non Rapid Eye Movement (Non REM) atau tidur tenang, fase ini biasanya dialami oleh anak usia balita ke atas.

Pada anak-anak khususnya usia dua bulan hingga 4 tahun, fase REM merupakan fase dimana sel-sel otak tumbuh sangat cepat.”Pada usia ini anak-anak sering mengigau, atau terbangun di tengah malam karena teringat kejadian yang ia alami pada siang hari. Otak anak akan mengalami rangsangan yang diperolehnya dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya,” kata Keumala. Sedangkan pada fase Non REM, anak-anak bisa tidur dengan lebih tenang, sementara terjadi perbaikan sel - sel di tubuhnya. Karena kedua fase ini sangat penting, maka anak -anak harus mengalami kedua fase ini.

Penyebab anak sulit tidur
Anda patut mewaspadai anak Anda jika ia sudah menunjukkan gejala - gejala ia sulit tidur. Penyebab dan pemicu anak menjadi sulit tidur sangat beragam. Salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan, suasana rumah bisa membuat anak sulit untuk tidur. ”Kondisi yang ramai di sekitar rumah, serta gangguan penyakit seperti asma dan alergi bisa menyebabkan ia sulit untuk tidur. Selain itu kebiasaan menonton televisi menjelang tidur malam hari , dan ketakutan juga bisa memicu anak sulit tidur,”jelas Martani.

Orangtua juga perlu memperhatikan pola tidur anak, agar tidak terjadi kesalahan pola tidur sejak bayi. Menurut Keumala, insomnia pada anak bisa disebabkan ole penerapan pola tidur yang salah sejak bayi. Oleh sebab itu orangtua harus memperhatikan pola tidur anak sejak bayi, agar sejak dini permasalahan sulit tidur ini dapat segera diatasi dan dikenali.
“Dari awal harus sudah ditentukan jam berapa ia harus tidur. Jangan membiasakan menidurkan bayi di gendongan atau ayunan, karena akan menyebabkan terjadinya pola tidur yang salah. Kalau mau tidur ya harus ditempat tidur,” Keumala menegaskan. Jika bayi bangun di tengah malam, sebaiknya jangan diajak berbicara, cukup ditenangkan dan dibujuk kembali agar tidur kembali.

Orangtua perlu memperhatikan lebih serius anak yang sulit tidur, mulai dari faktor psikis, fisik, dan lingkungan. “Selain memperhatikan faktor psikis, orang tua juga harus mulai membuat jadwal tidur yang baru baginya. Asupan makanan juga perlu diperhatikan ,”kata Attila. Penting diupayakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan enak di kamar tidur anak. Lingkungan yang tidak nyaman, misalnya panas atau bising, akan menyebabkan anak menjadi sulit tidur, bahkan enggan untuk tidur.

Tips pola tidur anak yang baik:
  • Biasakan pola tidur yang benar sejak bayi. Jangan biasakan menidurkan bayi didalam gendongan atau ayunan.
  • Lakukan interaksi yang hangat dengan anak sambil melakukan kegiatan tertentu menjelang tidur, misalnya membaca buku cerita, berbincang-bincang sejenak dengan anak, memeluk anak, menyanyikan lagu sebelum tidur, dan lain-lain.
  • Biasakan anak tidur dengan lampu dimatikan atau ada sedikit sinar dari ruang lain, atau dari luar rumah. Di pagi hari biasakan anak berada diruang yang terang atau berada diluar rumah. Sinar membantu memberi sinyal kepada otak menegnai siklus tidur dan bangun.
  • Jangan melakukan aktivitas yang “berat” sebelum tidur, seperti bermain games, menonton tv, bersenda gurau, dan lain-lain.
  • Hindari makan makanan yang mengandung kafein beberapa jam sebelum tidur seperti coklat, keju, soft drink, dan sebagainya.
  • Jangan memenuhi tempat tidur anak dengan banyak mainan karena ini justru merangsang anak untuk bermain ditempat tidur sehingga menjadi sulit tidur.
  • Ciptakan lingkungan kamar yang nyaman, bersahabat, sejuk dan hening (hindari tv di dalam kamar)
  • Para ahli menyarankan agar sejak kecil anak sudah terpisah tidurnya dari orang tua. Selain alasan keamanan, semakin lama orangtua tidur bersama anak, akan semakin sulit memisahkannya.
Sumber : ibudanbalita