Jumat, 04 Februari 2011

Berkebun, Mengasah Kecintaan Anak Pada Lingkungan


berkebunBingung karena si kecil selalu menolak makan sayur? Atau ingin mengajak anak-anak melakukan kegiatan out-door tanpa harus pergi jauh dari rumah?  Cobalah ajak mereka berkebun.  Walaupun rumah Anda tidak memiliki halaman yang luas, Anda tetap bisa mengajak anak-anak untuk berkebun dengan memanfaatkan pot.  Berkebun adalah sarana yang sangat baik untuk mengasah kepekaan dan kecintaan anak terhadap lingkungan hidup, karena ia akan mengamati secara langsung cara kerja alam.
 Ditanggung anak Anda akan excited dengan kegiatan ini !. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka ingin melakukan segalanya sendiri dan, yang pasti, mereka senang sekali ’diijinkan’ bermain tanah.

Bagi anak-anak yang sulit makan sayur, berkebun adalah cara yang baik untuk memperkenalkan darimana datangnya sayur.  Siapa tahu, setelah menanam, merawat dan memanen sendiri sayurannya, anak Anda akan senang hati menyantap sayur-mayur.  Anda juga harus ingat bahwa anak-anak seringkali tidak sabar.  Untuk itu, selama menunggu tanamannya tumbuh dan berkembang, Anda bisa tetap membuat mereka sibuk melalui percobaan kecil.  Letakkan biji kacang hijau di atas kapas basah yang disimpan dalam botol kaca.  Ajak anak-anak untuk mengamati pertumbuhannya selama 1 minggu, misalnya. 

Lalu, pada usia berapa anak dapat diajak untuk berkebun? Anak usia 1 tahun pun sudah dapat Anda ajak berkebun.  Tak perlu yang rumit-rumit..! Ajak si kecil membantu Anda menyiram bunga dengan menggunakan gembor kecil, atau ”Bantu Ibu, menggali tanah yuuk...”. Tak perlu risau, kalau ternyata si kecil lebih senang menyirami dirinya sendiri daripada si tanaman, atau tebaran tanah dimana-mana akibat si kecil kelewat antusias menggali tanah dengan sekop kecilnya.  Yang penting disini adalah membangkitkan rasa ketertarikan mereka terhadap tanaman dan kegiatan berkebun.


Anak-anak yang sudah lebih besar, usia di atas 3 tahun hingga 5 tahun, sudah bisa diajarkan untuk menanam sendiri.  Beri mereka kesempatan untuk memilih jenis tanaman yang ingin mereka tanam (sebaiknya beri alternatif jenis-jenis tanaman yang cepat tumbuh dan menghasilkan). Lalu buat jadwal (yang berbentuk kolom-kolom) di atas kertas tentang kapan mereka harus menyiram tanamannya, membersihkan gulma yang tumbuh di sekitarnya dan memupuknya.  Tentu saja mereka butuh bantuan Anda (orangtua) untuk mengingatkan jadwal tersebut.  Setiap kali anak selesai melaksanakan tugasnya sesuai dengan jadwal, berikan anak stiker lucu-lucu untuk ditempelkan pada kolom tugas yang ada dalam jadwal.  Ketika tanaman sudah berbuah atau menghasilkan, biarkan mereka yang memanen sendiri.  Melalui berkebun, anak-anak belajar banyak hal.  Selain belajar untuk mencintai lingkungan, secara tidak langsung anak juga dilatih untuk bersabar, belajar bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai proses, bahwa untuk memperoleh sesuatu orang harus berusaha/bekerja.  Bahkan, mereka juga belajar untuk menerima kehilangan, ketika ternyata tanaman yang mereka tanam mati, misalnya.

Mengajak anak berkebun, artinya Anda harus siap melakukan waskat alias pengawasan melekat.  Awasi, jangan sampai si kecil memasukkan jari-jarinya yang kotor ke dalam mulut.  Berkebun melibatkan beberapa peralatan yang mungkin berbahaya, sehingga akan lebih baik jika Anda menyediakan peralatan berkebun yang khusus untuk anak-anak, mulai dari sekop kecil, garu kecil, gembor kecil, hingga sarung tangan berkebun untuk anak.  Bagi anak usia batita, sebaiknya gunakan perangkat berkebun anak yang terbuat dari plastik daripada yang terbuat dari logam.  Selain itu, orangtua juga perlu menyiapkan tips & tricks tersendiri untuk membujuk anak agar mau menggunakan sarung tangan berkebun.  Sebab, akan selalu ada kemungkinannya, anak (apalagi anak-anak usia batita) menolak keras atau malah rewel jika menggunakan sarung tangan.  Karena itu, dengan atau tanpa sarung tangan, pastikan mereka mencuci tangan dengan sabun hingga bersih, setelah selesai berkebun. 

Nah, selamat berkebun!!

Sumber: ibudananak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar