Jumat, 29 Oktober 2010

Mengigau Merupakan Pelampiasan Perasaan Terpendam

Asalkan si kecil tak sering mengigau saat tidur, orang tua tak perlu cemas. Justru itu bisa jadi alat pemuasan dari perasaannya yang terpendam. Menjumpai anak batita mengigau mungkin tak asing lagi. Kadang bukan hanya bicara sambil tidur, tapi juga tertawa cekikikan, bahkan sampai jeritan histeris. Kita pun jadi bingung, mimpi apa gerangan si kecil? Yang jelas, anak mengigau dalam tidur bukan tak ada alasannya. Sebab, tidur sendiri sebenarnya suatu proses yang tak sesederhana seperti yang kita bayangkan selama ini. Seperti kita ketahui, tidur adalah saat di mana seseorang, entah orang dewasa ataupun anak kecil, istirahat. Nah, dalam tidur sendiri ternyata ada tahapan-tahapannya.Untuk dapat tidur nyenyak, maka ia harus dapat memasuki tahapan ke-4.

Nah, jika ia mengigau, berarti ia belum masuk dalam tahapan tidur nyenyak, tapi masih di tahap 1 atau 2. Dalam tahapan ini simpul-simpul otak sedang sibuk menguraikan dan membereskan satu per satu simpul-simpul semua kejadian yang dialaminya selama seharian. "Jika semua simpul telah dibereskan atau diluruskan, berarti ia masuk tahapan ke-3 dan di sini ada kemungkinan ia akan bermimpi. Barulah pada tahap ke-4, anak benar-benar telah masuk tahapan tidur nyenyak, tanpa mimpi.

Kalau kita bisa tidur dalam tahapan ke-4 ini atau sangat nyenyak, biasanya saat bangun kita akan merasa segar. Begitu juga pada anak batita, ia pasti akan ceria. Bila simpul-simpul di otak tak bisa atau susah untuk dibereskan atau diluruskan, akan muncul saat tidur dalam bentuk igauan. Itu sebab, igauan anak dalam tidur merupakan ungkapan jujur dari diri anak. Misal, jika siangnya ia dipaksa melakukan sesuatu oleh sang kakak, tapi ia sendiri pada dasarnya tak mau, maka saat tidur, igauan yang keluar adalah luapan keinginannya, yaitu tak mau menuruti apa yang diminta
kakaknya.

TIAP ANAK BERBEDA

Mengigau sebenarnya bukan monopoli anak batita, orang dewasapun sering mengalaminya. Namun demikian igauan anak batita dan orang dewasa tetaplah berbeda. Igauan orang dewasa tentunya sudah berupa rentetan kata-kata atau kalimat yang jelas dan mudah dimengerti. Sementara karena kemampuan bicara anak batita masih terbatas, maka igauannya pun bisa saja berupa kata-kata tak bermakna. Yang namanya mengigau kan, bukan berbicara saat tidur saja. Mengeluarkan suara tanpa makna sambil tidurnya gelisah dan bergerak-gerak pun sudah termasuk dalam kategori mengigau. Karena kejadian-kejadian yang dialami anak berbeda-beda, maka igauan anak pun tak bisa seragam. Itulah mengapa, tak hanya berupa bicara yang kita temui sebagai igauan anak, kadang bisa berupa tertawa-tawa atau menangis sedih dan berteriak.

Mengigau memang seringkali terjadi pada anak usia 2-6 tahun. Mengigau saat tidur adalah hal yang umum terjadi terutama pada anak. Memang ada banyak faktor penyebabnya, antara lain :

   1. Lama berpisah dari ibu atau orang yang dekat dengannya secara emosional.
   2. Fantasi-fantasi yang diperoleh anak dari film atau buku cerita.
   3. Melakukan aktivitas yang berlebihan pada siang harinya, sehingga anak terlalu letih.
   4. Perasaan cemas atau takut yang ditekankan pada anak.

Mengingau sebenarnya ada sisi positifnya. Dengan mengungkapnya dalam igauan, berarti ada proses pemuasan terhadap kejadian yang tak mengenakkan baginya. Ia bisa melepaskan apa yang menjadi beban atau ganjalan dalam dirinya. Jadi, tak perlu cemas kalau anak mengigau sambil menangis. Demikian juga bila
ia mengigau berupa senyuman atau tertawa gembira.

TAK BOLEH TERUS-MENERUS

Walaupun igauan wajar adanya, tapi jangan dibiarkan begitu saja kalau terjadi terus-menerus. Jika tiap hari ia mengigau, maka orang tua harus segera mengevaluasi aktivitas sehari-hari si anak. Adakah kebutuhan anak yang tak terpenuhi atau adakah kejadian tertentu yang membuat trauma anak.Hal lain, bagaimana kondisi fisik si anak itu sendiri, apakah dalam kondisi fit ataukah memang dia anak yang termasuk cepat lelah.

Jika memang ia kelelahan bermain karena kondisi fisiknya kurang fit, cobalah untuk mengurangi intensitas dan waktu bermainnya, hingga kala berangkat tidur ia tak dalam keadaan kecapekan. Kalau setelah kita cari solusinya tapi anak tetap saja terus-menerus mengigau,ada baiknya anak dibawa ke dokter ahli saraf atau
psikolog. Siapa tahu anak mengalami gangguan biologis atau masalah psikis. Sebab, kalau tak dicari solusinya, mungkin saja akan timbul implikasi-implikasi psikologis nantinya. Misal, anak jadi penakut, tak
berani mengungkapkan pendapat, takbisa mengekspresikan diri, malah ia pun bisa tumbuh jadi anak yang selalu dihantui ketakutan, tapi tak jelas apa yang ditakutkannya.

Sebenarnya mengigau bukan masalah kecuali mereka yang terbangun oleh obrolan seseorang atau mimpi buruk. Jika anak sering mengigau sebaiknya anak memiliki kamar sendiri agar tidak mengganggu yang lainnya dari anggota keluarga. Yang perlu diperhatikan adalah cara mengatasi mengigau sehingga anak tidak menjadi terganggu perkembangan mental atau pun psikisnya. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut :
 
1. Orang tua tidak perlu membangunkan anak bila anak mengigau.

2. Kalau kita melihat tangisan dlm igauan anak, bahkan sampai terisak-isak atau jika marah hingga berteriak histeris. Segera bangunkan si anak, tenangkan si anak dengan cara dipeluk hingga memberikan rasa aman dan tak membuatnya ketakutan lagi.
Namun, anak jangan dulu buru-buru ditanyai atau diinterogasi mengenai penyebab igauannya. Sebab, anak bisa kebingungan dan tambah takut. Anak yang bangun dari tidurnya gara-gara menjerit atau kecapekan  setelah menangis, tentunya akan tambah takut kalau kita berondong pertanyaan. Sebab, seringkali anak tak ingat akan apa yang diigaukannya.
 
3. Sebaiknya sebelum tidur, bunda membuat keadaan santai, menenangkan dan menyenangkan untuk ananda. Bisa dengan membacakan cerita atau mendiskusikan berbagai hal-hal yang ringan dan membuat anak merasa tenang.
 
4. Tunggui ananda sampai tidur, kemudian dengarkan kata-kata ananda ketika mengigau.

5. Jika ingin mencari tahu latar belakang igauannya ada baiknya dilakukan esok hari tapi dengan tenang dan jangan mendesak dan diskusikan cara pemecahan masalahnya. Ingat, igauan itu ada yang bisa diingat anak, ada pula yang tak bisa diingatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar